Sunday, April 1, 2007

CSR ala Hotel Sofyan, Jakarta

CSR-Filantropi, Majalah Sharing, Edisi 5, Maret 2007

"Jika orang sudah berbisnis secara syariah, dalam industri apapun, CSR itu
mestinya sudah tertanam (built in)", Riyanto Sofyan.

CSR Dakwah ala Hotel Sofyan

Grup pemilik Hotel Syariah Sofyan ini menganggap dakwah sebagai esensi dari
CSR bukan sekadar kampanye pemasaran korporat.

Masuklah ke lobi salah satu Hotel Sofyan, di muka pintu seorang penerima
tamu akan mengucapkan "Assalamualaikum" sebelum si tamu mengucapkannya. Bagi
yang tidak biasa mengucap salam ada dua kemungkinan yang akan terjadi,
menjawab salam tersebut atau diam saja dan melempar senyum. Jika Muslim,
biasanya akan menjawab salam tersebut.


"Itu memang kami biasakan, Islam 'kan mengajarkan kepada umatnya agar
mengucap salam tiap kali dua Muslim bertemu", kata Riyanto Sofyan, pemilik
Arva Corporation (Arva), payung dari berbagai perusahaan berbasis syariah
seperti Hotel Sofyan. Riyanto berharap, kebiasaan mengucap salam akan
terbentuk di dalam hotel dan menular ke luar bersama para tetamu yang datang
dan pergi.

Tidak hanya ucapan salam, begitu banyak nilai-nilai syariah yang ingin
ditularkan Arva kepada masyarakat. Ini dimulai dengan menjadi satu-satunya
grup hotel berbasis syariah di Indonesia yang punya misi dakwah ke-Islaman.

Begitulah Arva memaknai fungsi CSR-nya. Bukan sekadar kampanye pemasaran
produk, lebih jauh, dakwah yang bisa disebut sebagai CSR dilakukan dalam
tiap tindakan bisnisnya. "Jika orang sudah berbisnis secara syariah, dalam
industri apapun, CSR itu mestinya sudah built in (tertanam)", tegas Riyanto
kepada Sharing.

Membawa Berkah untuk Lingkungan
Hotel Sofyan sebagai unit bisnis utama Arva paham benar bahwa dakwah harus
mampu memberi hasil baik bagi pendakwah maupun yang didakwahi. "Menjadi
hotel syariah adalah dakwah kami melawan kemaksiatan yang selama ini
dicitrakan lekat dengan sub industri hotel", jelas Riyanto. Dan, Hotel
Sofyan berdakwah antimaksiat dalam industri pariwisata.

Dakwah itu dilakukan dengan berbagai cara. Riyanto mencontohkan bagaimana
pihaknya menolak praktik menggelembungkan anggaran dengan menuliskan nominal
lebih besar dari kenyataan di kuitansi. Ini kerap dilakukan tamu kolektif,
misalnya dari kalangan birokrasi atau swasta yang hendak menyewa ruangan
atau kamar di sana.

Hotel Sofyan juga menolak tamu pasangan lelaki-perempuan yang bukan muhrim
(suami dan istri sah) yang disinyalir akan melakukan perzinahan dan jenis
maksiat lainnya. Memang tidak akan ditanyakan surat nikah saat mencoba check
in, tapi petugas hotel sudah mampu membaca gelagatnya karena manajemen hotel
memiliki pengalaman itu selama mengelola hotel ini lebih dari 30 tahun.
Dengan menolak tamu semacam itu, Hotel Sofyan bersih dari prostitusi.
"Karena bukan hotel 'ayam', tamu kami terseleksi hanya yang baik-baik saja,
citra kami pun meningkat dan kami menjadi hotel terhormat. Ini lalu
memperkuat positioning kami dengan sendirinya" terang Riyanto. Karena bukan
hotel 'ayam' juga, lingkungan sekitar hotel pun tertular, tidak ada pekerja
seks komersial (PSK) yang mangkal atau tinggal di sekitar hotel.

Menariknya, apa yang dilakukan tersebut malah meningkatkan kinerja keuangan
hotel sejak konsolidasi penerapan prinsip syariah pada 2003. Dari 2003-2004
terjadi kenaikan pendapatan operasi sebesar 15,13%, 2004-2005 naik 14,81%,
sayangnya pada 2006 lalu kenaikan hanya 4,77%. Diterangkan Riyanto, ini
adalah imbas kenaikan harga BBM pada akhir 2005 yang membuat laju dunia
usaha melambat.

Dalam pengamatan putra dari Sofyan Ponda, pendiri Hotel Sofyan di awal
1970-an ini, hotel yang mengijinkan perbuatan maksiat justru akan mendapat
banyak masalah. "Misalnya tamu yang mabuk, berkelahi, belum lagi oknum
aparat dan preman yang meminta uang setiap saat. Siapa yang bisa menjamin,
kalau kita kasih maksiat hotel ini bakal untung?" tegas paman artis tenar
Marshanda ini.

Itu baru sebagian contoh dakwah yang dilakukan Hotel Sofyan. Lainnya seperti
dijelaskan Indra L. Supono, Managing Director Arva Corporation, adalah
berkurban tiap hari raya Idul Adha, menyelenggarakan buka puasa bersama saat
bulan suci Ramadhan, memberikan sumbangan kepada RT/RW sekitar hotel, ikut
tiap kali ada kerja bakti di lingkungan sekitar hotel, dan sebagainya.
"Pokoknya, kami ingin selalu diterima dan dekat dengan warga sekitar sini
selain juga turut menjaga kebersihan", ujar Indra.

Bermula dari Pendidikan
Dalam bentuk lembaga, Arva melakukan CSR melalui empat yayasannya, yaitu
Insan Madina Foundation (Madina Islamic School), Amal Mulia Foundation
(Panti Asuhan, SDIT Amal Mulia, BMT Amal Mulia, dan LAZ), dan Waqaf Fund
Foundation (The Islamic School of Victoria).

Madina School terletak di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Lembaga Amil
Zakat (LAZ), Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT), dan Panti Asuhan Amal Mulia terletak di Cimanggis, Depok, dan The
Islamic School of Victoria terletak di Melbourne, Australia.

Di Madina School, siswa dididik dengan kurikulum Depdiknas yang
diintegrasikan dengan kurikulum internasional dari Universitas Al-Azhar,
Mesir (untuk materi tahfidz, studi ke-Islaman, dan bahasa Arab), serta
kurikulum The Islamic School of Victoria (untuk bahasa Inggris, matematika,
dan sains). "Perpaduan kurikulum di atas diharapkan dapat membuat para siswa
kami memiliki komitmen keimanan yang kuat, yang juga mempunyai wawasan luas
dan mampui berpikir secara maju dan global" jelas Henny Riyanto, Direktur
Eksekutif Insan Madina Foundation kepada Sharing (lihat edisi Desember 2006,
"Madina Islamic School: Kurikulum Internasional dengan Harga Terjangkau").

Bukan tanpa alasan Arva memilih CSR-nya fokus di sektor pendidikan. "Kami
melihat masalah syariah utamanya ada di paradigma masyarakat. Untuk mengubah
itu diperlukan pendidikan yang tepat, bagaimana caranya supaya nilai-nilai
syariah itu bisa membersihkan distorsi paradigma sekuler", jelas Riyanto.
Tapi bukan berarti Arva tidak mau masuk ke sektor lain. Setelah cukup kuat
di sektor pendidikan, pihaknya mengaku akan melakukan CSR di sektor lain
juga.

Soal biaya, Riyanto menyebut, tak kurang dari Rp3,5miliar digelontorkan
untuk yayasan di luar Madina Islamic School sejak 1995, untuk sekolah itu
sendiri sudah menelan biaya sekitar Rp3,4miliar sejak 2004.

Tahun ini, Hotel Sofyan tengah mempersiapkan waralabanya di sekitar Kauman,
Semarang. Meski belum berani menyebut siapa pewaralabanya, Riyanto
menerangkan bangunan hotel tersebut sudah 70% rampung dan pihaknya tengah
melakukan fit and proper test. Waralaba hotel syariah ini bisa diterapkan di
berbagai jenis hotel, seperti hotel bisnis, hotel keluarga, hotel butik,
hotel resort, dan sebagainya. Waralaba Hotel Sofyan adalah program yang
integral, prosesnya dimulai dari studi kelayakan, asistensi teknis,
supervisi proyek, persiapan operasi, sampai pengelolaan.

Powered by ScribeFire.

No comments: